mediakepri
Selasa, 19 Maret 2024 |
×

Selasa, 19 Maret 2024

PERISTIWA

Copot 42 Kepala Dinas, Kebijakan Bupati yang Baru Dilantik Ini Jadi Kontroversial

| Sabtu | 27 Maret 2021 | 11:42 | Tidak ada komentar

MEDIAKEPRI.CO.ID, Bintang – Bupati Pegunungan Bintang, mengambil langkah kontroversial dengan menonaktifkan 42 kepala dinas, serta menambah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) usai dilantik pada 26 Februari 2021.

Kebijakan kontroversial sang Bupati tersebut, dipertanyakan oleh Ketua DPRD Kabupaten Pegunungan Bintang, Denius T. Uopmabin.

Langkah yang diambil Bupati di nilai sangat menyalahi regulasi dan aturan yang berlaku.

Menurutnya, langkah Bupati Kabupaten Pegunungan Bintang, Spei Yan Birdana sangat keliru, lantaran berdasarkan aturan, pergantian kepala dinas semestinya dilakukan setelah enam bulan dilantik.

Kenyataannya baru seminggu menjabat langsung melakukan pergantian dari defenitif ke pelaksana tugas (Plt) .

“Kami harap, ada peninjauan ulang dari bupati terkait Plt dari pejabat defenitif sebelumnya, mengingat seharusnya dilakukan enam bulan sesudah di lantik,” ucapnya dikutip dari salah satu media online.

Ironisnya, Denius memaparkan, sebagian besar dari Plt tidak sesuai dengan aturan birokrasi.

“Bupati ini PNS, seharusnya dia paham, apalagi para Plt yang menggantikan pejabat defenitif golongannya tidak memenuhi syarat, yang mana golongan para Plt sebagian besar 3c,” tegasnya.

Selain itu, dengan penambahan delapan OPD, dinilainya sangat keliru. Bahkan tidak ada pembahasan dengan DPRD.

“Harus ada regulasi dari daerah dalam hal ini Perda, yang melibatkan DPRD untuk membahas, kemudian bupati bisa melakukan penambahan OPD baru atas persetujuan DPRD, karena hal itu dinilai dapat membebani APBD, apalagi saat ini anggaran ada pemangkasan lantaran dampak dari pandemi Covid-19,” ujarnya.

Ia menambahkan, langkah Bupati dalam pemberhentian kepala dinas hingga pengangkatan Plt , dan penambahan OPD sudah mendapatkan teguran dari pemerintah pusat, melalui surat dari Kementrian Dalam Negeri (kemendagri) yang membidangi ASN.

Bahkan kata Denius, ke depannya pihaknya pun akan membentuk Pansus guna pengawasan agar bupati dapat melaksanakan dan menindaklanjuti surat tersebut.

“Dengan adanya surat dari KASN, bupati harus melaksanakan sesuai aturan serta regulasi yang ada, mengingat dalam surat itu sudah tertera sanksi yang diberikan,” tegasnya. (*)